Budaya Sekolah

Budaya sekolah (Organisasi) sering disinonimkan dengan adat istiadat
Budaya Sekolah
Bagian terpenting dari terbentuknya akhlakul karimah salah satunya adalah lingkungan tempat kita berdomisili atau melakukan aktivitas hidup sehari – hari. Pada anak yang memasuki usia sekolah maka bagian dari lingkungan yang mewarnai akhlak yang dimiliki adalah lingkungan sekolah.

Dengan demikian lingkungan sekolah yang ikut andil dalam proses pendidikan anak bangsa ini harus memiliki budaya sekolah dan iklim sekolah yang memotivasi peserta didiknya untuk selalu melakukan perbuatan yang terpuji dan tidak melanggar hukum positif maupun agama serta norma masyarakatnya.

Pada posting sekarang ini akan saya coba paparkan tentang Budaya sekolah dan iklim sekolah yang perlu di pahami bersama oleh semua orang sebagai bagian dari proses pendidikan dan sumber pendidikan.

Apa yang dimaksud Budaya?


Budaya (kultural) menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai adat istiadat, pikiran, sesuatu yang menjadi kebiasaan yang sukar diubah.

Dalam pengertian sehari –hari biasanya mensinonimkan pengertian budaya dengan tradisi, dalam hal ini, tradisi diartikan sebagai ide – ide umum, sikap dan kebiasaan dari masyarakat yang tampak dari perilaku sehari – hari yang menjadi kebiasaan dari kelompok dalam masyarakat tersebut.

Dalam organisasi (lembaga pendidikan), pengertian budaya diuraikan sebagai berikut :

Pertama budaya adalah tindakan, yaitu keyakinan dan tujuan yang dianut bersama , yang dimiliki oleh anggota organisasi yang potensial membentuk perilaku mereka dan bertahan lama meskipun sudah berganti anggota. Dalam lembaga pendidikan contohnya berupa tindakan saling menyapa, saling menghargai, toleransi dan lainnya.

Kedua budaya adalah norma perilaku, yaitu cara berperilaku yang sudah lazim dipakai pada sebuah organisasi yang bertahan lama karena semua anggotanya mewariskan perilaku tersebut kepada anggota baru.

Dalam lembaga pendidikan, perilaku ini berupa semangat untuk selalu giat belajar, bertutur sapa santun, selalu menjaga kebersihan, dan lain sebagaianya.

Yang pada prinsipnya terjadi interaksi antar individu sesuai peran dan fungsinya masing – masing dalam rangka mencapai tujuan bersama, sesuai dengan tatanan nilai yang telah dirumuskan dengan baik yang terus berusaha diwujudkan dalam berbagai perilaku keseharian melalui proses interaksi dalam kurun waktu yang panjang dan efektif.

Dalam kurun waktu yang panjang inilah perilaku tersebut akan membentuk suatu pola budaya tertentu dan unik antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.

Dari sinilah lahir karakter khusus suatu lembaga pendidikan (budaya) yang sekaligus menjadi pembeda dengan lembaga pendidikan lainnya.

Untuk memahami lebih jauh tentang Budaya sekolah, marilah kita kaji lebih lanjut tentang hal – hal berikut ini :

A. Perbedaan Budaya dan Iklim Sekolah
B. Definisi Budaya Organisasi
C. Tingkat Budaya Organisasi
D. Iklim Organisasi,dan
E. Budaya Malu Bagi seorang Guru.

A. Perbedaan Budaya dan Iklim Sekolah.


Antara budaya dan iklim organisasi adalah dua perspektif kontemporer ,dan berguna untuk memeriksa karakter khas sekolah, karena keduanya sebagian bersaing, sebagian saling melengkapi.

Budaya organisasi ini terwujud dalam norma –norma, nilai – nilai bersama, dan asumsi dasar, masing – masing terjadi pada tingkat yang berbeda abstraksi.

Budaya organisasi yang kuat dapat meningkatkan atau sekaligus menghambat efektivitas organisasi, sedangkan budaya yang berbeda dapat saling mendukung bila dapat mengatasi kendala lingkungan budaya sekolah.

Budaya sekolah dapat dipahami dengan menganalisis simbol – simbol , artefak, situs – situs, upacara, ikon, pahlawan, mitos, ritual, dan legenda.
Seringkali yang paling penting tentang organisasi bukanlah peristiwa yang terjadi tapi makna apa yang didapat dibalik peristiwa itu.
Setiap- sekolah mempunyai kekhasan budaya yang holistik, kepercayaan penuh dan kontrol. Budaya dan kepercayaan dapat mendorong prestasi peserta didik, dan budaya kontrol humanistik akan ikut mendukung pengembangan sosio-emosional peserta didik.

Sedangkan Iklim organisasi merupakan kualitas sekolah yang terwujud dalam persepsi kolektif guru menuju perilaku organisasi.
Iklim sekolah dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu keterbukaan perilaku dan sehatnya hubungan interpersonal .

Setiap perspektif ini dapat diukur secara akurat dengan menggunakan instrumen survey yang tepat. Keterbukaan sekolah berkaitan dengan persepsi organisasi terhadap efektivitas sekolah dan prestasi peserta didik.

Tidak ada cara yang cepat dan sederhana untuk mengubah budaya atau iklim organisasi sekolah, tetapi perencanaan jangka panjang dianggap lebih cocok sebagai pendekatan untuk perubahan itu termasuk pengubahan norma, daripada rencana jangka pendek. Ditunjang dengan strategi pelengkap untuk perubahan organisasional yaitu pendekatan berfokus pada pertumbuhan dan rencana perubahan norma.



BACA JUGA : Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Pada Peserta Didik

B. Definisi Budaya Organisasi.


Tidak dapat kita temui definisi yang utuh untuk budaya dari antropologi yang ada, sehingga gagasan budaya membawa kompleksitas dan kebingungan konseptual. Dengan demikian kita akan menemukan berbagai definisi beragam tentang budaya organisasi. Sebagai pertimbangan ikuti definisi menurut para pakar berikut ini :

1. William Ouchi (1981:41) mendefinisikan organisasi sebagai budaya; simbol, upacara, mitos yang mengkomunikasikan nilai – nilai yang mendasari dan keyakinan organisasi itu untuk karyawannya.

2. Henry Mintzberg (1989:98) mengacu pada kebudayaan sebagai organisasi ideologi, atau tradisi dan kepercayaan organisasi yang membedakannya dari organisasi lain dan infus kehidupan tertentu ke dalam kerangka strukturnya.

3. Stephen Robilan (1998:595) mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu sistem makna bersama yang diselenggarakan oleh anggota yang membedakan organisasi dari organisasi lain.

4. Edgar Schein (1999) berpendapat bahwa budaya harus disediakan untuk tingkat yang lebih dalam asumsi dasar, nilai – nilai, dan keyakinan yang menjadi bersama dan dihargai agar organisasi menjadi sukses.

Dari definisi – definisi diatas maka dapat didefinisikan budaya organisasi adalah suatu sistem yang harus disediakan berdasarkan tradisi dan kepercayaan serta ideologi sebagai suatu makna nilai – nilai bersama untuk karyawannya yang menjadi pembeda organisasi dari organisasi lainnya.

C. Tingkat Budaya Organisasi.


Sebuah perspektif pada budaya akan muncul ketika norma – norma perilaku yang digunakan menjadi elemen dasar dari budaya itu. Norma – norma biasanya tidak tertulis dan harapan informal akan terjadi dibawah pengalaman.

Norma akan secara langsung mempengaruhi perilaku. Norma itu jauh lebih terlihat daripada baik nilai – nilai atau asumsi tadi, akibatnya norma itu akan menyediakan sebuah cara yang jelas untuk membantu orang memahami aspek budaya dalam kehidupan organisasi.

Bila kita cermati perubahan perilaku organisasi, maka penting untuk mengetahui dan memahami norma – norma budaya itu.
Norma adalah fenomena universal. Mereka sungguh penting, rumit tapi juga sangat lunak. Karena mereka bisa berubah begitu cepat dan mudah, dengan menyajikan sebuah kesempatan besar untuk orang yang tertarik dalam perubahan.

Setiap kelompok , tidak peduli pada ukurannya, setelah memahami dirinya sebagai sebuah entitas budaya, dengan merencanakan norma – norma sendiri, maka akan dapat menciptakan orang – orang positif untuk mencapai tujuan dan modifikasi atau membuang yang negatif.

Norma menentukan cara orang berpakaian dan berbicara, menanggapi otoritas, konflik tekanan, dan cara orang – orang dengan keseimbangan konflik diri dengan kepentingan organisasi.
Upacara sebagai bagian dari penanaman Budaya Sekolah dan Iklim Sekolah
Upacara Bendera
Contoh norma seperti berikut : tidak mengkritik rekan – rekan guru kepada peserta didik atau orang tua siswa.
Secara singkat, norma – norma kelompok kerja mendefinisikan bagian utama dari budaya organisasi.
Pada tingkat menengah abstraksi, budaya didefinisikan sebagai kepercayaan dan nilai bersama.
Nilai adalah keyakinan dari apa yang diinginkan. Mereka mencerminkan asumsi yang mendasari budaya , dan membentuk analisis.
Nilai sering mendefinisikan apa yang anggota harus lakukan untuk menjadi sukses dalam organisasi.
Ketika kita meminta orang – orang untuk menjelaskan mengapa mereka berperilaku tertentu, kita dapat mulai menemukan nilai – nilai utama organisasi.

Nilai – nilai bersama mendefinisikan karakter dasar organisasi dan memberikan organisasi suatu kepemilikan identitas.
Jika mereka (anggota organisasi) tahu apa makna nama mereka, tahu apa yang harus menjunjung tinggi standar mereka,maka mereka akan cenderung membuat keputusan yang akan mendukung standar tersebut, dan akan cenderung merasa menjadi bagian dari organisasi serta kehidupan organisasi menjadi bermakna penting.

Budaya yang kuat akan dapat mempromosikan kekompakan loyalitas, dan komitmen yang pada gilirannya mengurangi kecenderungan bagi anggotanya.

Berikut ini adalah fungsi penting yang dijalankan oleh budaya organisasi :


 Budaya berfungsi mendefinisikan batas, itu menciptakan perbedaan di antara organisasi.
 Budaya organisasi menyediakan dengan identitas.
 Budaya memfasilitasi pengembangan komitmen untuk kelompok
 Budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial.
 Budaya adalah perekat sosial yang mengikat organisasi, ia menyediakan standar yang sesuai untuk perilaku
 Budaya berfungsi untuk membimbing dan membentuk sikap ,dan perilaku anggota organisasi. Hal ini penting untuk diingat , bahwa budaya yang kuat, yang dapat berupa emosional atau disfungsional yang mempromosikan atau sebaliknya menghambat efektivitas.

Sejumlah studi dari perusahaan bisnis menunjukkan bahwa, terdapat elemen – elemen utama yang terpenting dalam membentuk budaya organisasi, yaitu :
• Inovasi , maksudnya sejauh mana karyawan diharapkan untuk menjadi kreatif dan berani mengambil resiko.
• Stabilitas, artinya sejauh mana kegiatan berfokus pada status quo ketimbang perubahan.
• Perubahan terhadap detail, artinya uraikan yang ada perhatian untuk presisi dan detail.
• Hasil Orientasi, artinya sejauh mana manajemen menekankan hasil.
• Orientasi Orang, artinya sejauh mana keputusan manajemen sensitif terhadap individu.
• Orientasi Tim, maksudnya tingkat penekanan pada kolaorasi dan kerja sama tim.
• Agresivitas, artinya sejauh mana karyawan diharapkan untuk menjadi kompetitif daripada pindah kerja.

Itulah tujuh point utama yang terpenting untuk membentuk budaya organisasi.

D. Iklim Organisasi.


Tidak seperti budaya, dari awal iklim organisasi telah terikat pada proses alat ukur iklim, berakar dari sejarah dalam disiplin psikologi sosial dan psikologi industri, bukan dalam antropologi atau sosiologi.
Ekstrakurikuler Kepramukaan 
Pada awalnya iklim organisasi dipahami sebagai sebuah konsep umum untuk mengekspresikan kualitas abadi kehidupan organisasi.
Sebagaimana Renato Taguiri (1968:23) mencatat bahwa “ konfigurasi tertentu karakteristik abadi dari ekologi, lingkungan, sistem sosial, dan budaya akan merupakan iklim, banyak sebagai konfigurasi tertentu dari karakteristik pribadi merupakan kepribadian.

Demikian pula BH Glimer (1966: 57) mendefinisikan iklim organisasi sebagai karakteristik yang membedakan organisasi dari organisasi lain, dan yang mempengaruhi perilaku orang dalam organisasi.

Dari dua hal di atas Marshal Poole (1985) merangkumnya menjadi “ iklim organisasi berkenaan dengan unit besar, itu mencirikan sifat dari seluruh organisasi atau sub unit utama.

Dengan demikian iklim organisasi menggambarkan suatu unit organisasi , timbul dari praktek rutin yang penting bagi organisasi dan anggotanya. Sehingga iklim organisasi mempengaruhi sikap dan perilaku anggotanya.
Jika dikaitkan dengan lembaga pendidikan, maka iklim sekolah adalah istilah luas yang mengacu pada persepsi guru dengan lingkungan kerjanya, organisasi formal, organisasi informal, peran peserta didik dan pengaruh kepemimpinan organisasi itu.
Sederhananya, set internal karakteristik yang membedakan sekolah tersebut dengan sekolah lainnya dan pengaruh perilaku anggota masing – masing sekolah ialah iklim organisasi sekolah.

Lebih khusus iklim sekolah yaitu kualitas yang relatif abadi dari lingkungan sekolah yang didasarkan pada persepsi kolektif perilaku anggotanya.
Oleh karenanya suasana sekolah akan berdampak besar pada perilaku organisasi sekolah dan juga administrator dapat berpengaruh signifikan positif pada perkembangan, dari kepribadian sekolah, yang penting untuk menggambarkan dan menganalisis iklim sekolah.
Sebagai contoh, misalnya kegiatan MOS atau sekarang dikenal dengan MPPD (masa pengenalan peserta didik baru) adalah suatu upaya bagi organisasi sekolah untuk memperkenalkan budaya sekolah dan iklim sekolah yang baru bagi para peserta didik. Sehingga dalam kegiatan MPPD tersebut memiliki tujuan – tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut antara lain :

1. Memperkenalkan peserta didik pada lingkungan fisik sekolah yang baru mereka masuki.
2. Memperkenalkan peserta didik pada seluruh komponen sekolah beserta aturan, norma, budaya, dan tata tertib yang berlaku di dalamnya
3. Memperkenalkan peserta didik pada keorganisasian.
4. Memperkenalkan peserta didik pada seluruh kegiatan yang ada di sekolah sekolah
5. Memperkenalkan peserta didik pada budaya yang eksis di sekolah tersebut
6. Dan seterusnya...

Dari contoh tujuan diatas menggambarkan bahwa budaya dan iklim sekolah memberikan warna tersendiri dari kepribadian anggota sekolah dan membedakan dari sekolah lainnya.

Dan sebagai bagian yang ikut mewarnai kepribadian sekolah dalam iklim sekolah serta budaya sekolah, guru sangat berpengaruh dalam pembentukanya. Oleh karenanya budaya yang di bawah ini, patut kita pahami bersama.

E. Budaya Malu Bagi Seorang Guru.


Menghilangkan budaya malu yang bukan pada tempatnya akan membuat seorang guru semakin profesional dalam bersikap.
Sebaliknya menumbuhkan budaya malu dalam hal yang menghambat produktivitas akan membuat guru menjadi contoh bagi peserta didiknya.

Apa saja Budaya malu yang mesti dihilangkan dan budaya malu yang mesti ditumbuhkan ???

Simaklah uraian berikut ini :

Budaya malu yang mesti dihilangkan dari seorang guru :


• Budaya Malu bertanya dan malu memberi ide saat rapat.
• Budaya malu untuk mempertanyakan dengan cara yang baik mengenai kebijakan sekolah yang guru merasa kurang tepat.
• Budaya malu belajar pada yang lebih muda, dari yang lebih yunior atau dari peserta didik itu sendiri.
• Budaya malu ketika meminta maaf kepada peserta didik.

Budaya malu yang mesti ditumbuhkan dari seorang guru :


• Malu terlambat datang ke sekolah, saat rapat dan saat dead line pengumpulan administrasi
• Malu mengajar tanpa persiapan di kelas,
• Malu melihat kondisi kotor di sekolah dan lingkungan kelas
• Malu menyalahkan peserta didik sebagai biang keributan tanpa mawas diri tentang seberapa menariknya cara kita mengajar.
• Malu berpakaian seenaknya datang ke sekolah
• Malu menggunakan LKS yang tidak jelas juntrungannya.
• Malu tidak melaksanakan kewajiban dan tugas pokoknya sebagai guru
• Dst.....

Dan masih banyak lagi lainnya yang menandakan kita kurang profesional dan sebagai figur yang tidak patut dicontoh bagi peserta didiknya.

Sampai disini dulu pembahasan mengenai Budaya Sekolah sebagai suatu organisasi, semoga dapat memberikan kebaikan dan bermanfaat bagi Anda semua yang memerlukannya.
Previous
Next Post »