Paradigma Pembelajaran Pada Kurikulum 2013 Revisi 2017



Paradigma Pembelajaran Pada Kurikulum 2013 Revisi 2017


Dalam implementasinya, Kurikulum 2013 terus mengalami perubahan dari tahun ketahun, hal ini tidak lain adalah sebagai upaya penyempurnaan pelaksanaan dan penerapannya untuk mencapai hasil pendidikan yang optimal dan bervisi global.

Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan pembangunan karakter setiap siswa sebagai hasil dari sinergi antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan masyarakat.

Sebagaimana Pengertian pembelajaran berdasarkan Permendikbud No. 103 Tahun 2014 .Pembelajaran adalah proses interaksi antar siswa, antara siswa dengan tenaga guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar .
Proses tersebut memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam membangun bertumbuhnya sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia.

Dengan demikian sekolah bekerjasama dengan keluarga dan masyarakat dalam rangka membangun karakter bangsa.

Dari pemahaman di atas maka paradigma pembelajaran pada kurikulum 2013 memahami bahwa Keluarga merupakan tempat pertama bersemainya bibit sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Oleh karena itu, peran keluarga tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh sekolah dalam membangun karakter bangsa.

Sekolah merupakan tempat kedua pendidikan siswa yang dilakukan melalui program intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.


Sedangkan masyarakat merupakan salah satu tempat berlangsungya pendidikan yang beragam yang perlu diselaraskan antara satu dengan yang lain, misalnya media massa, bisnis industri, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga keagamaan.

Pertanyaan selanjutnya adalah Bagaimana Implementasinya pada Satuan Pendidikan atau Sekolah?

Kurikulum 2013 menekankan kepada pembelajaran langsung (direct teaching) dan tidak langsung (indirect teaching).

Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan menggunakan pengetahuan siswa melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP.

Implementasinya, Kegitan pembelajaran di sekolah dilakukan melalui program intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Secara singkat dapat di uraikan sebagai berikut :
  • Kegiatan intrakurikuler dilaksanakan melalui mata pelajaran,
  • Kegiatan kokurikuler dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan di luar sekolah yang terkait langsung dengan mata pelajaran, misalnya tugas individu, tugas kelompok, dan pekerjaan rumah berbentuk proyek atau bentuk lainnya.
  • Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kurikulum standar sebagai perluasan dari kegiatan kurikulum.
Dilakukan di bawah bimbingan sekolah dengan tujuan untuk mengembangkan kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan peserta didik yang lebih luas atau di luar minat yang dikembangkan oleh kurikulum.

BACA JUGA: Reorientasi Belajar dan Pembelajaran di Era Millenial
Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang terjadi selama proses pembelajaran langsung yang dikondisikan menghasilkan dampak pengiring (nurturant effect).

Pembelajaran tidak langsung, berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap yang terkandung dalam KI-1 dan KI-2.


Kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial pada mata pelajaran Agama dan Budi Pekerti dan mata pelajaran PPKn, dicapai melalui pembelajaran langsung (direct teaching) dan tidak langsung (indirect teaching)

Sementara untuk mata pelajaran lainya, dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi siswa.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter siswa lebih lanjut.
Hal ini dapat digambarkan melalui Pendekatan saintifik dalam proses Pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar sebagai berikut :



Pengalaman Belajar

Deskripsi Kegiatan yang Dilakukan

Bentuk Hasil Belajar


Mengamati
(observing)

Mengamati
dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan
sebagainya) dengan atau tanpa alat.

Perhatian
pada waktu mengamati suatu objek/ membaca suatu tulisan/mendengar suatu
penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on
task) yang digunakan untuk mengamati

Menanya
(questioning)

Membuat
dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang
belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai
klarifikasi.

Kemampuan
mengajukan pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dari kompleks ke yang
lebih kompleks antara lain berbentuk hipotetik.

Mengumpulkan
informasi / mencoba (experimenting)

Mengeksplorasi,
mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan
eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara
sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/mengembangkan

Jumlah
dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas
informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data.

Menalar/Mengasosiasi
(associating)

Mengolah
informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat
kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait
dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.

Mengembangkan
interpretasi,
argumentasi
dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta(konsep),
interpretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua
interpretasi, struktur
baru,
argumentasi dan kesimpulan dari konsep/teori/pendapat yang berbeda dari
berbagai jenis sumber.

Mengomunikasikan
(communicating)

Menyajikan
laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis;
dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan

Menyajikan
hasil
kajian
(dari mengamati
sampai
menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan
lain-lain.


Bagian Lain yang utama dan tidak boleh terlupakan adalah peserta didik itu sendiri.

Siswa adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan.

Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar- benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, maka siswa perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.

Pengalaman belajar inilah nantinya akan diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat dan sebaliknya siswa dapat memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.

Siswa membangun pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta menerapkannya dalam berbagai situasi kehidupan baik di sekolah, keluarga, maupun masyarakat.

Oleh karena itu, pembelajaran ditujukan untuk mengembangkan potensi siswa agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Singkatnya, keterjalinan, keterpaduan, dan konsistensi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat harus diupayakan dan diperjuangkan secara terus menerus sebagai tripusat pendidikan sekaligus menjadi sumber belajar yang saling menunjang.

Sehingga dalam implementasinya pembelajaran di sekolah perlu memperhatikan prinsip – prinsip berikut ini :
  1. Siswa difasilitasi untuk mencari tahu dan belajar dari berbagai sumber belajar.
  2. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah, berbasis kompetensi, berbasis keterampilan aplikatif, dan terpadu.
  3. Pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi.
  4. Peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-skills dan soft-skills.
  5. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat.
  6. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan(ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran (tutwurihandayani);
  7. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.
  8. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas.
  9. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
  10. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya siswa.
Pelabuhan terakhir sebagai output dari karakteristik yang diharapkan adalah tercermin dari tiga ranah yang dikembangkan, mencakup Gradasi sikap, Pengetahuan dan Keterampilan, sebagaimana yang digambarkan dalam gradasi berikut ini
  1. Sikap, Gradasinya : Menerima , menjalankan, Menghargai, Menghayati ,dan Mengamalkan
  2. Pengetahuan, Gradasinya : Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisis, mengevaluasi, dan Mencipta
  3. Keterampilan Gradasinya : Mengamati , Menanya , Mencoba , Menalar, menyaji dan Mencipta.
Demikian gambaran tentang Paradigma yang sekarang berkembang dalam pembelajaran sebagaimana yang diharapkan dalam Kurikulum 2013. Jika artikel ini bermanfaat silahkan share ke teman atau tinggalkan komentar anda.

Terima kasih

#Kurikulum 2013,#Paradigma Pembelajaran




Previous
Next Post »